Feb 20, 2007

Wine sebagai barang seni

Lukisan merupakan salah satu karya seni yang mendampingi peradaban manusia selama berabad-abad lamnay. Beragam macam lukisan dengan berbagai aliran, gaya, komposisi dan cita rasa ada di dunia ini. Dari selembar kanvas kosong, seorang pelukis akan bermain-main dengan imaginasi, sehingga akhirnya bisa dituangkan melalui media cat melalui beragam alat dan cara. Inilah yang menjadikan setiap karya lukis menjadi unik, berkarakter khas dan menarik untuk bisa dinikmati. Kalaupun sudah ada lukisan, seorang penikmat karya seni juga bisa memiliki preferensi dan keunikan tersendiri pula. Bisa jadi hanya terfokus pada aliran naturalis, ekpresionis atau bahkan alternatif lain yang lebih modern dan dinamis. Oleh karena itu indah tidaknya suatu lukisan bersifat relatif, tidak pernah ada pakem yang bisa menyatakan bahwa suatu lukisan itu indah sampai panca indra, pikiran dan hati Anda sendiri memberikan penilaian demikian.

Wine kurang lebih juga bisa disetarakan dengan lukisan dalam konteks proses kreatif pembuatannya dan juga menikmatinya. Penciptaan wine dimulai dari pemilihan tanaman, tanah hingga proses fermentasinya. Proses panen sebagai contoh, memiliki beragam pilihan waktu dan metode. Ada yang langsung dipetik tangan untuk mendapatkan buah anggur pilihan tapi ada juga yang dipanen secara otomatis dengan menggunakan mesin. Karena dipilih satu persatu dengan tenaga manusia, sudah tentu bisa didapatkan buah anggur dengan kwalitas yang seragam, prima dan juga tingkat kematangan yang kurang lebih homogen. Itu baru satu faktor bahan baku yang bisa mempengaruhi sifat-sifat wine yang dihasilkan. Parameter lain, contohnya, adalah waktu (jam) pemetikannya. Beberapa jenis Wine akan menjadi sangat ok jika buah anggur dipetik pada pagi buta sebelum matahari terbit dimana suhu disekitar vineyard masih rendah. Perubahan suhu dalam kisaran beberapa derajat saja sudah bisa menimbulkan cita rasa dan aroma Wine yang berbeda.

Salah satu parameter lain yang selalu menjadi tantangan para pembuat Wine adalah menentukan dengan jeli, kapan panen bisa dilakukan. Terlalu awal, ataupun terlalu terlambat membuat kwalitas Wine yang dihasilkan akan memiliki karakteristik yang unik dan berbeda. Jadi bisa jadi buah anggur memang dipetik lebih awal untuk mendapatkan karateristik wine tertentu, dan demikian juga sebaliknya.

Dari sedikit gambaran diatas, tidak keliru kalau Wine bisa disetarakan dengan karya seni lainnya. Sebagai produk seni, setiap Wine adalah unik dan akan memiliki pribadi tersendiri. Beragam corak inilah yang membuat dunia Wine menjadi sangat menarik untuk dipelajari, ditelaah dan dinikmati oleh penggemarnya. Seandainya pun proses fermentasi atau pengolahan pasca panen bisa distandardisasi dan dibuat sangat otomatis tanpa menggunakan intervensi manusia sedikitpun, keunikan Wine masih bisa didapat dari bermacam-macam faktor alami seperti umur tanaman, intensitas sinar matahari, curah hujan, dan komposisi tanah disetiap kebun anggur. Jadi sebenarnya hampir mustahil untuk bisa mendapatkan produk wine yang sama dari suatu kebun dari waktu ke waktu.

Wine adalah sebuah artefak. Enak, cocok atau nikmatnya sebuah Wine, bersifat relatif dan hanya panca indra Anda sendiri yang bisa memberikan penilaian akhir.